KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “komunikasi
terapeutik”
Makalah ini
berisikan tentang pengertian
komunikasi terapeutik, jenis-jenis komunikasi terapeutik, faktor-faktor yang
mempengaruhi komunikasi terapeutik, teknik komunikasi terapeutik, prinsip
komunikasi, syarat-syarat komunikasi, tujuan hubungan terapeutik.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang komunikasi terapeutik.
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalahini. Akhir kata, kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini
dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.
Jakarta,
02 Nopember 2012
Kelompok
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I 3
1.
Pedahuluan 3
1.1 Latar
Belakang Masalah 3
1.2 Manfaat
Penulisan 3
1.3 Tujuan
Penulisan 4
1.4 Rumusan
Masalah 4
BAB II 6
2.
Pembahasan
6
2.1
pengertian
komunikasi terapeutik 6
2.2
manfaat
komunikasi terapeutik 6
2.3
syarat-syarat
komunikasi terapeutik 7
2.4
Hubungan
terapeutik perawat dengan klien 7
2.5
Tujuan
hubungan terapeutik 8
2.6
Teknik
komunikasi terapeutik 9
2.7
Tahapan
hubungan terapeutik dan tugas perawat 15
2.8
Penggunaan
komunikasi terapeutik pada berbagai tingkat usia dengan
berbagai kondisi 17
2.9 Penerapan
komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan 19
2.10
Identifikasi trand dan issu komunikasi
terapeutik 20
2.11
Komunikasi dalam konteks sosial dan keanekaragaman budaya serta keyakinan 24
BAB III 27
3.
Penutup 27
3.1
Kesimpulan 27
Daftar Pusaka 28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perawat sebagai komponen penting dalam proses keperawatan dan orang yang
paling terdekat dengan pasien harus mampu berkomunikasi secara verbal maupun
nonverbal dalam membantu kesembuhan pasien. Seorang perawat yang profesional akan selalu berusaha untuk
berperilaku terapeutikyang berarti bahwa setiap interaksi yang dilakukan,
memberikan dampak kesembuhan yang memungkinkan pasien untuk memberi kepuasan
pelayanan yang diberikan oleh seorang perawat.
Perawat harus mampu meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya dari
pengalaman yang diperoleh dari dinamika komunikasi, penghayatan terhadap
kelebihan kekurangan diri, serta kepekaan terhadap kebutuhan orang lain.
Perubahan konsep perawatan dari perawatan orang sakit secara individual kepada
perawatan paripurna untuk mencapai kepuasan pasien menyebabkan peran komunikasi
menjadi lebih penting dalam memberikan asuhan keperawatan.
1.2 Manfaat Penulisan
Sebagai seorang mahasiswa atau khususnya
seorang calon perawat, tulisan ini akan memberikan beberapa manfaat :
a.
Memberikan penjelasan
tentang hubungan terapeutik perawat dengan klien
b.
Memberikan penjelasan
tentang tujuan hubungan terapeutik
c.
Memberikan penjelasan
tentang teknik komunikasi terapeutik
d.
Memberikan penjelasan
tentang tahapan hubungan terapeutik dan
tugas perawat
e.
Memberikan penjelasan
tentang penggunaan komunikasi terapeutik pada berbagai tingkat usia dengan
berbagai kondisi
f.
Memberikan penjelasan
tentang penerapan komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan
g.
Memberikan penjelasan
tentang issu komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan
h.
Memberikan penjelasan
tentang bagaimana memilih komunikasi dalam konteks sosial dan keanekaragaman
budaya serta keyakinan
i.
Memberikan penjelasan
tentang bagaimana membangun konsep komunikasi matra (laut, udara, dan darat).
1.3 Tujuan Penulisan
Setelah membaca tulisan ini, diharapkan
kepada para pembaca :
a.
Agar mahasiswa
mengetahui tentang hubungan terapeutik
perawat dengan klien
b.
Agar mahasiswa mengetahui
tentang tujuan hubungan terapeutik
c.
Agar seorang calon perawat mengetahui tentang teknik komunikasi
terapeutik
d.
Agar seorang calon perawat mengetahui tentang tahapan hubungan terapeutik dan tugas perawat
e.
Agar seorang calon perawat mengetahui tentang penggunaan komunikasi
terapeutik pada berbagai tingkat usia dengan berbagai kondisi
f.
Agar seorang calon perawat mengetahui tentang penerapan komunikasi terapeutik dalam
pelayanan kesehatan
g.
Agar seorang calon perawat mengetahui tentang issu komunikasi terapeutik dalam pelayanan
kesehatan
h.
Agar seorang calon perawat mengetahui tentang bagaimana memilih komunikasi dalam konteks
sosial dan keanekaragaman budaya serta keyakinan
i.
Agar seorang calon perawat mengetahui tentang bagaimana membangun
konsep komunikasi matra (laut, udara, dan darat).
1.4 Rumusan Masalah
a) Apa Saja yang Mencakup dalam komunikasi terapeutik?
b) Bagaimana komunikasi dalam keperawatan?
c) Apa Saja Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam
komunikasi?
d) Bagaimana memilih komunikasi dalam konteks sosial dan
keanekaragaman budaya serta keyakinan?
e) Bagaimana membangun konsep komunikasi matra (laut,
udara, dan darat)?
f)
Apa saja issu
komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003 48).
Komunikasi terapeutik termasuk
komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar
perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya
saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke
dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan
pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003 : 48).
Komunikasi terapeutik bukan
pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan
merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik
bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar
belakang dan masalahnya (Arwani, 2003 50).
2.2 Manfaat
Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong
dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat
dan pasien. Mengidentifikasi, mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan
mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat. Memberikan pengertian
tingkah laku pasien dan membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapi.
Mencegah tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri pasien.
Adapun manfaat komunikasi terapeutik dapat mendukung
dan mempercepat kesembuhan pasien, karena melalui terapi yang dilakukan dengan
komunikasi pasien memperoleh support yang mendorong untuk kemajuan psikologi
yang berpengaruh pada kesehatan pasien.
2.3
Syarat-Syarat Komunikasi Terapeutik
komunikasi terapeutik mempunyai
syarat-syarat sebagai berikut.
1.
Hadir dalam Percakapan
Kehadiran percakapan dibuktikan dengan dengan terlibatnya aspek fisik,
mental, dan intelektual individu
2.
Mendengar Aktif
Mendengar aktif bukan hanya kata yang didengar melainkan perasaan klien
juga didengarkan. Perasaan klien perlu didengar sebab perasaan klien lebih
mudah diekspresikan bukan dalam ungkapan verbal melainkan nonverbal.
3.
Empati
Empati adalah kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan pemberi pesan berdasarkan perspektif pemberi pesan. Bentuknya adalah mendengar perasaan, memperhatikan kegelisahan, menghargai kerisauan, dan sekaligus masuk dalam inti keresahan klien. Agar komunikasi berlangsung efektif, Stuart dan Sundeen (1996) mensyaratkan dua hal mendasar berikut.
Empati adalah kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan pemberi pesan berdasarkan perspektif pemberi pesan. Bentuknya adalah mendengar perasaan, memperhatikan kegelisahan, menghargai kerisauan, dan sekaligus masuk dalam inti keresahan klien. Agar komunikasi berlangsung efektif, Stuart dan Sundeen (1996) mensyaratkan dua hal mendasar berikut.
1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan.
2. Komunikasi yang
menciptakan saling pengertian harus dilakukan lebih dahulu sebelum memberikan
saran, informasi maupun masukan.
2.4
Hubungan
Terapeutik perawat-klien
Hubungan
terapeutik perawat-klien merupakan pengalaman belajar timbal balik dan pengalaman emosional korektif bagi
klien. Dalam hubungan ini perawat menggunakan diri (self) dan teknik-teknik
klinik tertentu dalam bekerja dengan klien untuk meningkatkan penghayatan dan
perubahan perilaku pasien.
2.4.1
Sifat
hubungan
Tujuan hubungan
terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien dan meliputi:
1.
Realisasi diri,
penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan
terhadap diri.
2.
Rasa identitas personal
yang jelas dan peningkatan integritas diri.
3.
Kemampuan untuk membina
hubungan interpersonal yang intim, dan saling tergantung dengan kapasitas untuk
mencintai dan dicintai.
4.
Peningkatan fungsi dan
kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang
realistik.
Untuk
mencapai tujuan ini, berbagai aspek pengalaman hidup klien perlu digali selama
berlangsungnya hubungan. Perawat memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengekspresikan persepsi, pikiran, dan perasaannya serta menghubungkan hal
tersebut untuk mengamati dan melaporkan tindakan. Juga penting bagi perawat
untuk menidentifikasi dan memaksimalkan kekuatan ego klien dan memberikan
dukungan untuk bersosialisasi serta menjalin ikatan dengan keluarga.
2.5
Tujuan Hubungan Terapeutik
2.5.1 Tujuan
Komunikasi Terapeutik Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,
2003),:
a. Realisasi diri, penerimaan diri, dan
rasa hormat terhadap diri sendiri.
b. Identitas diri yang jelas dan rasa
integritas diri yang tinggi.
c. Kemempuan membina hubungan
interpersonal yang intim saling tergantung dan mencintai.
d. Peningkatan fungsi dan kemampuan
memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistis.
2.5.2
Tujuan
Komunikasi Terapeutik (Indrawati, 2003 48).
Membantu
pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat
mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain,
lingkungan fisik dan diri sendiri.
Kualitas
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas
hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan
perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang
mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa.
2.6 Teknik Komunikasi
Terapeutik
1.
Diam
Berhenti atau diam yang dapat berlangsung selama beberapa detik atau menit
tanpa menyisipkan respon verbal apapun.
Contoh:
duduk tenang (berjalan dengan klien)
dan menunggu penuh perhatian hingga klien mampu menyampaikan pikiran dan
perasaannya.
2.
Memberikan arahan umum
Menggunakan pernyataan atau pertanyaan yang:
· Mendorong klien untuk berbicara
· Memilih topik percakapan
· Memfasilitasi kelanjutan pembicaraan.
Contoh:
“mungkin anda ingin
membicarakan mengenai.......”
“Apakah akan membantu
dengan mendiskusikan perasaan anda?”
“Dari mana anda ingin
memulai?”
“Lalu apa?”
“Saya menyimak apa yang
anda katakan”
3.
Spesifik dan Tentatif
Membuat pernyataan yang spesifik bukan yang umum, dan tentatif buka mutlak.
Contoh:
“Anda mencakar tangan saya” (pernyataan spesifik)
“Anda sama canggungnya dengan lembu jantan” (pernyataan umum)
“Anda tampak tidak khawatir mengenai merry” (pernyataan tentatif)
“Anda tidak khawatir mengenai dan anda tidak akan pernah
mengkhawatirkannya” (pernyataan mutlak)
4.
Menggunakan pertanyaan
terbuka
Mengajukan pertanyaan yang luas yang mengarahkan klien atau mengajak klien
untuk menggali (merinci, mengklarifikasi, menggambarkan, membandingkan, atau
mengilustrasikan) pikiran atau perasaan. Pertanyaan terbuka hanya
mengidentifikasi topik yang akan didiskusikan dan meminta jawaban yang lebih
panjang dari satu atau dua kata.
Contoh:
“Saya ingin mendengan lebih banyak mengenai hal tersebut”
“Katakan pada saya mengenai...........”
“Bagaimana perasaan anda akhir-akhir ini?”
“Apa yang menyebabkan anda masuk rumah sakit?”
“Apa pendapat anda?”
“Anda mengatakan anda sangat ketakutan kemarin. Bagaimana perasaan anda
sekarang?”
5.
Menggunakan sentuhan
Memberikan bentuk ssentuhan yang tepat untuk menguatkan perasaan peduli.
Karena kontak taktil sangan berfariasi pada setiap individu, keluarga, dan
budaya, perawat harus sensitif terhadap perbedaan sikap dan praktik klien dan
diri sendiri.
Contoh:
·
Meletakan tangan anda di
bahu klien
·
Menaruh tangan anda di
atas tangan klien
6.
Menyatakan kembali atau
menyebutkan kembali dengan kata-kata sendiri (parafrasa)
Mendengarkan secara aktif pesan dasar klien dan kemudian menyampaikan
kembali pikiran dan atau perasaan tersebut dengan kata-kata serupa. Hal ini
menunjukan bahwa perawat mendengarkan dan memahami pesan dasar klien dan juga
menawarkan klien ide yang lebih jelas mengenai apa yang terlah mereka katakan.
Contoh:
·
Klien : “saya tidak dapat makan
semalam-bahkan hidangan penutupnya”
Perawat : “Anda mengalami kesulitan makan kemarin”
Klien : “Iya, saya
sangat kesal setelah keluarga saya pergi”
·
Klien : “Saya memiliki masalah
berbicara dengan orang asing”
Perawat : “Anda menemui kesulitan
berbicara dengan orang yang tidak
anda kenal
7.
Mencari klarifikasi
Suatu metode yang membuat makna keseluruhan pesan klien menjadi lebih
dipahami. Metode ini digunakan saat sulit untuk meyatakan kembali dengan
kata-kata sendiri atau saat komunikasi bertele-tele atau berputar-putar. Untuk
mengklarifikasi pesan, perawat dapat menyatakan kembali pesan dasr atau
mengakui kebingungan dan meminta klien untuk mengulangi atau menyatakan kembali
pesan.
Contoh:
“Saya bingung”
“Saya tidak yakin saya memahaminya”
“Apakah anda bersedia untuk menyatakannya kembali?”
“Bersediakan anda memberitahu saya lebih banyak?”
Perawat dapat juga mengklarifikasi pesan mereka sendiri dengan pernyataan.
Contoh:
“Maksud saya ini bukan itu”
“Saya kira saya tidak jelas mengatakannya-saya akan mengulanginya lagi”
8.
Memeriksa persepsi atau
mencari validasi kesepakatan
Suatu metode yang sama dengan klarifikasi yang memverifikasi makna
kata-kata spesifik, bukan makna keseluruhan pasien.
Contoh:
Klien : “Suami saya tidak pernah memberi saya hadiah”
Perawat : “Maksud anda dia
tidak pernah memberi anda hadiah pada hari ulang
tahun anda atau natal?”
Klien : “Mmmm-bukannya tidak pernah. Ia memang memberi saya
sesuatu pada
hari ulang tahun saya dan natal, tetapi dia tidak pernah berfikir untuk
memberi saya sesuatu pada waktu yang lain”.
9.
Menawarkan diri
Menunjukan kehadiran, perhatian, atau harapan uuntuk memahami klien tanpa
membuat suatu tuntutan atau memberi kondisi yang harus di patuhi klien untuk
mendapat perhatian perawat.
Contoh:
“Saya akan menemani anda sampai anak perempuan anda datan”
“Kita dapat duduk disini dengan tenang sebentar; kita tidak perlu berbicara
kecuali anda menginginkannya”
“Saya akan membantu anda berpakaian untuk pulang kerumah”
10. Memberikan informasi
Memberikan, dengan cara yang sederhana dan langsung, informasi faktual
spesifik yang bisa atau tidak diminta klien. Saat informasi tidak diketahui,
perwat mengatakannya dengan menunjukan siapa yang memiliki informasi tersebut,
atau mengatakan kapan perawat akan mendapatkannya.
Contoh:
“Operasi anda dijadwalkan papa puku 11.00 esok pagi”
“anda akan merasakan tarikan saat selang dicabut dari perut anda”
“Saya tidak mengetahui jawabannya, tetapi saya akan mencari tahu pada
Ny.king, perawat yang bertugas”
11. Pengakuan
Memberikan pengakuan, dengan cara yang tidak menghakimi, terhadap perubahan
perilaku, usaha yang dilakukan oleh klien, atau kontribusi terhadap komunitas.
Pengkuan dapat bersama atau tanpa pemahaman, verbal atau nonverbal.
Contoh:
“Anda mencukur jenggot dan kumis serta mencuci rambut anda”
“Saya menyadari bahwa anda harus
mengedipkan mata anda. Apakah anda mgalami kesulitan melihat?”
“Anda berjalan dua kali lebih jauh jaraknya hari ini dengan walker anda”
12. Klarifikasi waktu atau urutan
Membantu klien mengklarifikasi suatu kejaddian, situasi, atau peristiwa
dalam hubungannya dengan waktu.
Contohnya:
·
Klien : “Saya muntah pagi ini”
Perawat : “Apa muntahnya setelah
sarapan?”
·
Klien : “Saya merasa bahwa saya
sudah tidur selama berminggu-
minggu”
Perawat : “Anda telah operasi pada hari senin dan hari ini adalah hari
selasa”
13. Menyampaikan kenyataan
Membantu klien membedakan antara yang nyata dan tidak nyata.
Contoh:
“Suara telpon itu berasal dari acara televisi”
“Bukan bangkai tikus yang ada di sudut; itu adalah pakian yang dibuang”
“Majalah anda ada di dalam laci. Majalahnya tidak dicuri”
14. Memfokuskan
Membantu klien memperluas dan mengembangkan topik penting. Perawat perlu
menunggu hingga klien selesai menyatakan masalah utama sebelum berusahan untuk
fokus. Fokus dapat berupa ide atau perasaan; namun, perawat sering menekankan
perasaan untuk membantu klien mengenali emosi yang tersembunnyi di balik
kata-kata.
Contoh :
Klien : “istri saya mengatakan iya akan merawat saya, tetapi saya pikir iya tidak
akan bisa, bagaimana dengan anak-anak yang perlu diperhatikan, dan
mereka selalu menanyakan sesuatu kepadanya seperti, pakaian,
pekerjaan rumah, makanan untuk makan malam.”
Perawat : “anda kawatit mengenai seberapa baik iya akan
mengatasinnya.”
15. Merefleksikan
Mengarahkan kembali ide, perasaan, pertannyaan, atau isi pada klien untuk
memungkinkan mereka menggali ide dan perasaan mereka sendiri mengenai situasi.
Contoh :
Klien : “apa yang dapat
saya lakukan?”
Perawat : “Menurut anda apa
yang dapat membantu?”
Klien : “ apa menurut anda
saya harus mengatakan pada suami saya.”
Perawat : “ anda tampak tidak
yakin untuk mengatakannya pada suami anda.”
16. Merangkum dan merencanakan
Menyatakan poin utama diskusi. Untuk mengklarifikasi poin relevan yang di
diskusikan. Teknik ini bermanfaat pada akhir wawancara atau untuk meninjau sesi
pendidikan kesehatan. Teknik ini sering kali bermanfaat sebagai dendahuluan
untuk rencana perawatan berikutnya.
Contoh:
“selama setengah jam ini kita telah membicarakan mengenai.....”
“besok sore kita akan membahas hal ini lebih jauh.”
“dalam beberapa hari saya akan meninjau apa yang telah anda pelajari
mengenai kerja dan pengaruh insulin anda.”
2.7 Tahap
Hubungan
Therapeutik
Dalam
membina hubungan therapeutik (berinteraksi) perawat mempunyai empat tahap yang
pada setiap tahapnya mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh perawat yaitu
:
1. Tahap
prainteraksi
Merupakan
tahap dimana perawat belum bertemu dengan klien. Tugas :
·
Mendapatkan informasi
tentang klien
·
Mencari literatur yang
berkaitan dengan masalah yang dialami klien
·
Mengeksplorasi
perasaan, fantasi dan ketakutan diri
·
Menganalisis kekuatan
dan kelemahan profesional diri
·
Membuat rencana
pertemuan dengan klien
2. Tahap
orientasi / perkenalan
Merupakan
tahap dimana perawat pertama kali bertemu dengan klien. Tugas :
·
Menentukan mengapa
klien mencari pertolongan
·
Membangun iklim percaya
·
Memahami penerimaan dan
komunikasi terbuka
·
Mengeksplorasi perasaan
klien, pikiran dan tindakan
·
Mengidentifikasi
masalah dan mendefinisikan tujuan
·
Memformulasikan kontrak
dengan klien
·
Nama perawat / klien
·
Tanggung jawab perawat
/ klien
·
Tujuan
·
Kerahasiaan
·
Harapan
·
Topik / kegiatan
·
Waktu dilakukannya
interaksi
3. Tahap
kerja
Merupakan
tahap dimana klien memulai kegiatan
Tugas
:
- Melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan pada tahap pra interaksi
- Mengeksplorasi stressor
- Mendorong perkembangan wawasan
diri yang dihubungkan dengan persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan
klien
- Menolong klien untuk mengatasi
cemas
- Meningkatkan kemandirian dan
tanggung jawab thd diri
- Mengembangkan mekanisme koping
konstruktif
4. Tahap
terminasi
Merupakan
tahap dimana perawat akan menghentikan interaksinya dengan klien, tahap ini
bisa merupakan terminasi sementara maupun terminasi akhir
Tugas
:
·
Menyediakan realitas
berpisah
·
Mengevaluasi kegiatan
kerja yang telah dilakukan baik secara kognitif, psikomotor maupun afektif
·
Merencanakan tindak
lanjut dengan klien
·
Melakukan kontrak
·
Mengakhiri terminasi
dengan cara yang baik
·
Mengeksplorasi perasaan
dari penolakan, kehilangan, sedih dan marah dan tingkah laku yang berkaitan
2.8 Komunikasi
Terapeutik Pada Berbagai Tingkat Usia Dengan Berbagai Kondisi
Berikut ini beberapa strategi sesuai
usia dalam berkomunikasi dengan kelompok usia berbeda :
1. Bayi
( lahirsampai 12 bulan )
§ Usahakanmemenuhikebutuhanbayisecepatmungkin.
§ Gunakankomunikasinon
verbal :mengelus, menyentuh, menggengang, dangerakan ( sepertimengayun-ayun)
untukmemberikankenyamanandanmenenangkanbayi.
§ Berbicaralahdenganlembutdanseringtersenyumkarenabayimemberiresponsterbaikpadasuara
nada tinggi yang lembut.
§ Usahakanmempertahankanrutinitas
normal bayi, seperti jam makan, danjadwaltidur
§ Berkomunikasilahdenganbermain
(cilukba, mainanberbunyi) jikabayimenerima.
2. Batita
( usia 1 – 2 tahun )
§ Panggilanaksesuainama
yang digunakananaktersebutbagidirinya.
§ Pelajaridangunakan
kata-kata yang dipakaianakuntukkekamarmandi, makan, danmandi
§ Gunakanpesan
yang pendekdanjelas.
§ Izinkanmobiltas,
duduk, atauberjalan, terutamasetelahprosedur.
§ Tawarkanpilihanuntukmengizinkananakmemiliki
control dankemandrian
§ Izinkan anak untuk menggunakan benda yang dikenalnya,
seperti: selimut atau boneka, untuk membuatnya merasa aman.
3. Prasekolah
( usia 3 sampai 5 tahun )
§ Gunakan
kata-kata yang
sederhanadankalimatpendekkarenaanakprasekolahmemilikirentangperhatian yang
pendek.
§ Berbicaralahdalamsuara
yang lembut, bernadarendah.
§ Pertahankansejumlahkontakmatajikadapatditerimaolehanaktersebut.
§ Berikanpilihan,
misalnya, “ kamumauserealatauorak-arikteluruntuksarapan?”
§ Izinkananakmenggambarapa
yang adadipikirannya.
4. Usiasekolah
( usia 6 sampai 12 tahun )
§ Gunakanbeberapakosa
kata anakdalampenjelasan.
§ Buatlahgambaruntukmendemonstrsikananatomidanprosedur.
§ Libatkananakdalamdiskusimengenaiasuhannya.
§ Hargaiprivasianak.
Mungkinterdapat topic yang tidakinginiadiskusikansaatini.
§ Nilailahpersepsianakmengenaisituasisebelummemulaipenjelasan.
5. Remaja
( usia 13 sampai 18 tahun )
§ Luangkanwaktuuntukmenciptakanhubungandenganmendengarkandantetaptidakmenghakimi.
§ Yakinkanremajaakankerahasian,
dalambatastertentu.
§ Izinkanremajauntukberpartisipasidalamkeputusanmengenaiasuhan,
menggunakanistilahkonkretdanabstrak ,
mendukungmerekauntukbertanggungjawabakantubuhnya
§ Hargaiprivasiremaja
,izinkanprivasifisikdankesopanan.
§ Pandanglahsetiapremajasebagaiindividu
yang uniktanpamemperhitungkanpakaianataupenampilannya.
6. Dewasausialanjut
§ Kenalibahwamungkinterdapatperbedaanantargenerasiantarapasiendanperawat
; hargaisudutpandangpasien
§ Dengarkannarasiriwayatpasien,
sesuaiketersediaanwaktu. Hal iniakanmengambarkanpengalaman ,kepribadian,
kekuatan, dantantanganpasientersebut.
§ Hindarinama
yang merendahkanseperti : “ nenek “ dan “sayang” .Selalumemulaisecara formal (
Tn, Ny, atauNn ) dankemudian Tanya pasiendengannamaapaialebihsukadipanggil.
§ Luangkanwaktulebihuntukmengajarkanmengenaipemeriksaanataupembedahandanpengobatan.
Lakukandengankecepatan yang lebihlambatdannilaiulangpemahamannyasecaraberkala.
§ Berikanpasienkesempatanuntukmembuatkeputusansecaramandir.i,
sesuaikebutuhan
2.9 Penerapan komunikasi
terapeutik dalam pelayanan kesehatan
Tujuan utama komunikasi
antar tenaga kesehatan adalah menyempurnakan perawatan pasien dengan pertukaran
informasi yang akan meningkatkan koordinasi dan berkesinambungan pelayanan
kesehatan. Komunikasi yang efektif akan memungkinkan personil saling melengkapi
pelayanan dan menghindari duplikasi kealpaan, adanya tumpang tindih pelayanan
yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Pada umumnya komunikasi
antar personil kesehatan terbagi dalam 4 kategori:
a.
Melaporkan/pendokumentasian
Menyusun penuturan tentang sesuatu yang
dilihat,didengar dan dilakukan/dipertimbangkan. Laporan disampaikan kepada
perawat yang memikul tanggung jawab kesinambungan perawatan pasien, juga kepada
dokter.
b.
Mengarahkan
Membimbing/memerintah. Perawat menggunakan
perintah perawatan untuk mengarahkan kegiatan pelayanan perawatan. Pengarahan
tertulis lebih aman karena mengurangi kemungkinan kesalahan dan salah
pengertian.
c.
Berembuk/kolaborasi
Konsultasi dengan tenaga kesehatan lainnya
untuk bertukar pendapat/meminta informasi,nasihat/intruksi dari orang lain.
Perembukan juga dimanfaatkan untuk mengajar siswa dan praktik keperawatan.
d.
Rujukan
Mengirim/mengarahkan seseorang mengambil
tindakan/mencari bantuan rujukan dapat digunakan antar lembaga kesehatan.
2.10
Identifikasi Trend Dan Issu
Komunikasi Terapeutik Dalam Pelayanan Kesehatan
Adalah kependekan
dari attention deficit hyperactivity disoerder, ( Attention = perhatian,
Deficit = berkurang, hyperactivity = hiperaktif, dan disorder = gangguan ).
Atau gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Secara umum menjelaskan
kondisi anak-anak yang memperlihatkan simtom-simtom kurang konsentrasi,
hiperaktif, dan impulsive yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian
besar aktivitas hidup mereka.Bagaimana cara berkomunikasi dengan anak
ADHD?Hubungan efektif dan proaktif antara orang tua dan sekolah adalah vital
bagi keberhasilan menyeluruh dalam menghadapi siswa ADHD. Umumnya, orang tua
mencoba untuk bertindak demi kepentingan anak sepanjang waktu. Tindakan mereka
biasanya berdasarkan informasi yang dapat mereka peroleh pada waktu itu. Jika
ternyata ada kontradiksi antara apa yang disebut nasihat professional dan atas
apa yang orang tua lakukan, biasanya ada alasan kuat untuk ini. Orang tua harus
menemukan cara mereka sendiri dalam menerima mereka dan menghadapi masalah lingkungan
mereka sendiri.Merupakan hal yang biasa, bahwa orang tua dari anak ADHD
mengalami konflik antara yang satu dan yang lainnya. Misalnya, si Bapak
menyalahkan si ibu karena tidak mengawasi si anak. Si ibu menjelaskan, bahwa
segala yang di usahakannya tidak berhasil. Sementara si bapak, meskipun ada
potensiuntuk membantu situasi tersebut, namun dapat member reaksi dengan cara
tidak membantu, seperti menghindari pulang ke rumah sampai si anak tidur atau
memihak si anak melawan ibunya.Beberapa cara membantu orang tua adalah mencoba
menempatkan mereka ke dalam cara pandang depan yang meskipun menjengkelkan,
namun tidak mengancam jiwa, serta mendorong mereka agar proaktif dan tidak
reaktif. Nasihat tau saran yang paling penting adalah agar mereka memiliki kesabaran
luar biasa. Kontak telepon, saling berkirim sms, atau mengirim faks, rapat
orang tua dengan guru secara periodic, dan penyediaan buku penghubung
sehari-hari,semuanya merupakan sarana untuk membantu mencegah terjadinya
kesalapahaman antara orang tua dan sekolah. Komunikasi yang baik akan menjamin
setiap manipulasi dari situasi anak khusus dapat di hindari dengan kontak yang
erat dan proaktif.Dua pertimbangan yang harus di ingat setiap saat
adalah:1) Anak ADHD dapat
merasakan banyak tekanan atas hubungan keluarga, khususnya anak yang menralami
Oppositional Depiant Disorder ( ODD
).2)
Dalam situasi
yang selalu sulit, kemungkinan ADHD dan ODD, juga orangtua yang tidak di akui
harus dipertimbangkan.Ada banyakprogaram yang bagus di rancang untuk membantu
orang tua mengenali masalah antara yang satu dan yang lainnya. Dalam hal ini,
hubungan mereka dengan si anak dan anggota keluarga lainnya. Teknik
penanganan/pengurusan rumah dapat di ajarkan melalui permainan peran dan sampai
batas tertentu dengan terapi kelompok. Keberhasilan program-program ini
sebagian besar bergantung pada mutu konsultan dan keterbukaan semua pihak untuk
nasihat yang objektif.Mutu terbaik yang di miliki searang konsultan adalah
bersikap tidak membingungkan dan tidak rumit. Mereka perlu mengarahkan pada
satu atau dua masalah khusus dan mengembangkan strategi untuk membantu orang
tua menolong diri mereka sendiri di kemudian hari.Beberapa unsur penting
pelatihan orang tua adalah:1) Pendidikan
keluarga mengenai ADHD.2) Keterampilan
memecahkan
masalah.3) Memperbaiki
pengawasan orang
tua.4) Mengurangi
ketegangan5) Meningkatkan
pengaruh
medikasi.6) Keterampilan
berkomunikasi.7) Reframing atau
restrukturisasi8) Psikoterapi
individual.
Di Indonesia
menurut data yang ada terdapat kecenderungan autisme ini meningkat, merujuk
pada prevalensi di dunia, saat ini terdapat 15-20 kasus per 10.000 anak atau
0,15%-0,20%. Jika kelahiran di Indonesia enam juta per tahun maka jumlah
penyandang autis di Indonesia bertambah 0,15% atau sekitar 6900 anak pertahun
dengan perbandingan anak laki-laki tiga sampai empat lebih banyak dari anak
perempuan.Autisme tidak dapat disembuhkan (not curable) namun dapat di terapi
(treatable). Maksudnya adalah kelainan yang ada di dalam otak tidak dapat
diperbaiki, namun gejala-gejala yang ada dapat dikurangi semaksimal mungkin.
Sehingga anak tersebut bisa berbaur dengan anak lain secara normal. Secara umum
anak-anak dengan gangguan perkembangan ini minimal memerlukan terapi intesif
awal selama 2 tahun. Dengan merujuk pada data maka akan ada 1000 anak setiap
tahun yang tidak dapat mengikuti terapi tersebut.Tujuh puluh lima persen anak
autis yang tidak tertangani akhirnya menjadi tuna grahita.3 Salah satu metode
yang sering digunakan karena terbukti efektif adalah terapi metoda Lovaas,
yaitu terapi yang dikembangkan dari terapi applied behaviour application (ABA).
Di dalam terapi Lovaas salah satu pelatihannya adalah pelatihan komunikasi
melalui gambar-gambar, tujuannya selain untuk melatih daya ingat juga untuk
mengenal benda-benda sekitar. Ini dikarenakan anak autis secara umum memiliki
kemampuan yang menonjol di bidang visual. Mereka lebih mudah untuk mengingat
dan belajar, bila diperlihatkan gambar atau tulisan dari benda-benda, kejadian,
tingkah laku maupun konsep-konsep abstrak. Dengan melihat gambar atau tulisan,
anak autis akan membentuk gambaran mental atau mental image yang jelas dan
relatif permanen dalam benaknya.Bila materi tersebut hanya diucapkan saja
mereka akan mudah melupakannya karena daya ingat mereka amat terbatas. Karena
itu dalam melakukan terapi digunakan sebanyak mungkin kartu-kartu bergambar dan
alat bantu visual lain untuk membantu mereka mengingat, hal ini juga berlaku
untuk anak autis yang hanya mengalami gangguan di bidang verbal.Untuk melatih
penderita agar bisa berkomunikasi, kita harus menyesuaikan diri dengan gaya
komunikasi mereka. Orang tua dan pendidik bisa menggunakan ekspresi wajah,
gerak isyarat, mengubah nada suara, menunjuk gambar, menunjuk tulisan,
menggunakan papan komunikasi dan menggunakan simbol-simbol. Cara-cara tersebut
tidak hanya digunakan secara tersendiri, tetapi juga dapat digabungkan sehingga
membentuk pesan yang lebih kuat.Masalah yang timbul adalah di Indonesia belum
ada alat yang secara terintegrasi dengan unsur-unsur tersebut diatas. Yang ada
adalah alat-alat yang harus didatangkan dari luar negeri atau dibuat sendiri,
ini jelas tidak praktis. Melihat dengan meningkatnya jumlah penderita autis,
maka dibutuhkan sebuah alat yang mampu mengintegrasikan unsur-unsur visual dan
audio yang dapat berinteraksi untuk menunjang pelatihan komunikasi pada anak
autis.Sebagai pemecahan teknologi multimedia yang mengemas dan mampu
mengintegrasikan unsur visual dan audio secara interaktif untuk mendidik anak
autis, karena CD-ROM yang merupakan bagian dari teknologi itu mampu menampung
data yang setara dengan 11.000 tumpukan kertas ukuran A4, bahkan lebih dengan
menggunakan teknik kompresi data. 4 Arh,“Meningkatkan komunikasi pada anak
autis”, artikel pada harian Kompas (21-04- 2002) 21/3.Selain itu dengan
aplikasi multimedia interaktif ini dimungkinkan pemilihan materi yang hendak
dipelajari secara bebas, misalnya pada hari ini pengenalan warna yang akan
dipelajari, esok hari mungkin pengenalan huruf, atau kombinasi keduanya dalam
satu hari, tergantung dari minat anak tersebut, dan ini semua dikemas dalam
sebuah CD-ROM. Dengan menggunakan printer, kartu bergambar obyek dapat dicetak
sehingga dapat digunakan tiap waktu, anak autis dalam metoda tatalaksana
membutuhkan suasana belajar yang kontinyu, sehingga ia menjadi terlatih.Tetapi
dengan dengan begitu banyak fitur aplikasi multimedia interaktif ini tidak
ditujukan untuk menjadi one stop solution, karena dalam pelatihan anak autis
tetap diperlukan media lain, aplikasi multimedia interaktif ini membatasi diri
hanya untuk menjadi pelengkap.Dalam aplikasi multimedia interaktif ini terdapat
isi atau content yang akan dikomunikasikan kepada anak autis berupa
pembelajaran pengenalan obyek sehari-hari. Dalam aplikasi multimedia interaktif
wahana yang menjembatani agar isi atau content ini dapat tersampaikan adalah
graphical user interface atau antar muka grafis.Graphical user interface (GUI)
adalah sarana untuk berinteraksi dengan isi atau content yang hendak
disampaikan, bila desain GUI tidak dapat dimengerti sudah dapat dipastikan
aplikasi tersebut menjadi mubazir karena isi atau content tidak dapat
dimengerti oleh komunikan.Pada anak autis, dengan mengikuti aturan yang telah
menjadi standar di dunia maka GUI akan dibuat sesederhana mungkin dengan tidak
mengabaikan unsur komunikasinya sehingga isi atau content dapat disampaikan
dengan baik kepada penderita.
2.11
Bagaimana Memilih Komunikasi Dalam Konteks Sosial Dan
Keanekaragaman Budaya Serta Keyakiinan
2.11.1
Komunikasi Dalam Konteks Sosial
a.
Dalam konteks sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat
hidup tanpa manusia lain. Karena itu, dalam menjalin hubungan dengan manusia
lain memerlukan komunikasi.
b.
Komunikasi yang digunakan terdiri dari berbagai macam
bentuk. Ada yang melalui Audio, Visual, Audiovisual, dan sebagainya.
c.
Perbedaan perlakuan antara kaya dan miskin, atasan dan
bawahan, ahli dan awam menjadi hambatan-hambatan komunikasi dalam konteks
social
d.
Sebagai seorang perawat yang professional,
perbedaan-perbedaan tersebut haruslah dihapuskan
e.
Seorang perawat professional harus berlaku adil dalam
memenuhi hak-hak klien dan pada setiap asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien, serta tidak perduli terhadap perbedaan posisi yang ada.
f.
Seorang perawat professional harus mengerti tentang
komunikasi yang efektif, efisien dan tepat sasaran yaitu terapeutik.
g.
Seorang perawat harus bisa menjalin kerja sama tidak hanya
kepada orang- orang dalam bidang kesehatan, tapi juga kepada seluruh lingkungan
tempat dia bekerja. Seperti pasien, keluarga pasien dan lain-lain.
h.
Dengan begitu komunikasi yang dilakukan akan bisa berjalan
dengan lancar dan tepat sasaran.
2.11.2
Komunikasi Dalam Budaya
a.
Makna suatu pesan baik verbal maupun nonverbal pada dasarnya
terikat budaya.
b.
Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang
sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai
bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak akan mempunyai makna
yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.
c.
Bahasa, pembawaan, nilai, dan gerakantubuh merefleksikan
asal budaya.Dalam keperawatan, budayamempengaruhi cara klien dan
perawatmelakukan hubungan satu sama laindalam berbagai situasi.Perawat belajar
untuk mengetahui maknabudaya dalam proses komunikasi.Pengaruh budaya menetapkan
batasbagaimana seseorang bertindak danberkomunikasi.
2.11.3
Komunikasi Dalam Keyakinaan
a.
Keyakinan agama dan Keyakinan Spiritual adalah bagian
integral dari keyakinaan budaya seseorang dan dapat mempengaruhi keyakinan
klien mengenai penyebab penyakit, praktek penyembuhan, dan pilihan tabib atau
pemberi perawatan kesehatan.
b.
Keyakinan spiritual dan agama dapat menjadi sumber kekuatan
dan kenyamanaan bagi klien.
c.
Perawat yang memiliki keyakinan yang sama dengan kliennya
cenderung lebih mudah memahami dan
mengambil tindakan untuk menangani kliennya. Perawat professional harus bisa
memahami, mengantisipasi dan mengambil tindakan yang tepat terhadap klien yang
berbeda keyakinan terhadap perawat tersebut.
Contoh :
klien yang menolak memakan daging dikarenakan oleh keyakinan
yang dimiliki oleh agamanya. Perawat harus mengambil tindakan yang tepat
bagaimana cara membujuk pasien tersebut untuk memakan daging tersebut. Misalnya
memberikan penjelasaan kenapa pasien tersebut harus makan daging.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dalam hubungan ini perawat menggunakan
diri (self) dan teknik-teknik klinik tertentu dalam bekerja dengan klien untuk
meningkatkan penghayatan dan perubahan perilaku pasien. Menggunakan realisasi diri, penerimaan diri, dan
rasa hormat terhadap diri sendiri. identitas diri yang jelas dan rasa
integritas diri yang tinggi. kemempuan membina hubungan
interpersonal yang intim saling tergantung dan mencintai.
Diam, memberikan arahan umum, spesifik dan tentatif, menggunakan pertanyaan
terbuka, menggunakan sentuhan, menyatakan kembali, mencari klarifikasi, memeriksa
persepsi, menawarkan diri, memberikan informasi, pengakuan, klarifikasi waktu atau
urutan, menyampaikan kenyataan, memfokuskan, merefleksikan, merangkum dan
merencanakan. Juga menerapkan komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan, melaporkan/pendokumentasian, mengarahkan, berembuk/kolaborasi, rujukan
DAFTAR PUSTAKA
Nurhasanah,
Nunung. (2010). Ilmu komunikasi dalam
konteks keperawatan. Jakarta : Trans Info Media.
Stuart,
Gail Wiscarz. Sundeen, Sandra J. (1998). Buku
Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Apple Corp.
Inside Mac OS X :Aqua Human Interface Guidelines, (Apple Computer, Inc. :
California) 2001 2. Arn. “Polusi sebabkan autisma.” Harian Kompas, 26-09-2000
3. Arh.“Meningkatkan komunikasi pada anak autis.”, Harian Kompas 21-04- 2002 4.
Aries Arditi, Making Text Legible: Designing for People with Partial Sight,
23-04-2002 terdapat di situs http://www.lighthouse.org 5. Fred T. Hofstetter,
Multimedia Literacy (New York, McGraw-Hill Irwin) 2001. 6. Jalaludin Rakhmad.
Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya 1992Sumber: Judul Buku anak
ADHD, karangan:1. Drs. MIF. Baihaqi, Msi.2. Drs. M. Sugiarmin, MpdPotter
& Perry. (2005). Fundamental Keperawatan. Edisi 2. Jakarta :
EGC
Blais, kathlen koening. Hayes,
Janice S. Kozier, Barbara. Dan Erb, Glenora. (2002). Praktik keperawatan profesional konsep dan persepektif. Jakarta:
EGC
No comments:
Post a Comment