Monday 20 October 2014

IKD keperawatan (komunikasi terapeutik)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “komunikasi terapeutik
Makalah ini berisikan tentang pengertian komunikasi terapeutik, jenis-jenis komunikasi terapeutik, faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik, teknik komunikasi terapeutik, prinsip komunikasi, syarat-syarat komunikasi, tujuan hubungan terapeutik. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang komunikasi terapeutik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalahini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.



                                                                                                            Jakarta, 02 Nopember 2012

                                                                                                                        Kelompok 2










DAFTAR ISI

Kata Pengantar                                                                                                                            1
Daftar Isi                                                                                                                                     2
BAB I                                                                                                                                          3
1.      Pedahuluan                                                                                                                  3
1.1  Latar Belakang Masalah                                                                                       3
1.2  Manfaat Penulisan                                                                                                3
1.3  Tujuan Penulisan                                                                                                   4
1.4  Rumusan Masalah                                                                                                 4
BAB II                                                                                                                                        6
2.      Pembahasan                                                                                                                 6
2.1    pengertian komunikasi terapeutik                                                                         6
2.2    manfaat komunikasi terapeutik                                                                             6
2.3    syarat-syarat komunikasi terapeutik                                                                     7
2.4    Hubungan terapeutik perawat dengan klien                                                         7
2.5    Tujuan hubungan terapeutik                                                                                 8
2.6    Teknik komunikasi terapeutik                                                                               9
2.7    Tahapan hubungan terapeutik dan tugas perawat                                             15
2.8    Penggunaan komunikasi terapeutik pada berbagai tingkat usia dengan                
 berbagai kondisi                                                                                                        17
2.9 Penerapan komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan                            19
2.10  Identifikasi trand dan issu komunikasi terapeutik                                            20
2.11 Komunikasi dalam konteks sosial dan keanekaragaman budaya serta keyakinan                                                                                                     24
BAB III                                                                                                                                     27
3. Penutup                                                                                                                        27
3.1 Kesimpulan                                                                                                              27
Daftar Pusaka                                                                                                                            28


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perawat sebagai komponen penting dalam proses keperawatan dan orang yang paling terdekat dengan pasien harus mampu berkomunikasi secara verbal maupun nonverbal dalam membantu kesembuhan pasien. Seorang perawat yang profesional akan selalu berusaha untuk berperilaku terapeutikyang berarti bahwa setiap interaksi yang dilakukan, memberikan dampak kesembuhan yang memungkinkan pasien untuk memberi kepuasan pelayanan yang diberikan oleh seorang perawat.
Perawat harus mampu meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya dari pengalaman yang diperoleh dari dinamika komunikasi, penghayatan terhadap kelebihan kekurangan diri, serta kepekaan terhadap kebutuhan orang lain. Perubahan konsep perawatan dari perawatan orang sakit secara individual kepada perawatan paripurna untuk mencapai kepuasan pasien menyebabkan peran komunikasi menjadi lebih penting dalam memberikan asuhan keperawatan.

1.2 Manfaat Penulisan
Sebagai seorang mahasiswa atau khususnya seorang calon perawat, tulisan ini akan memberikan beberapa manfaat :
a.    Memberikan penjelasan tentang hubungan terapeutik perawat dengan klien
b.   Memberikan penjelasan tentang tujuan hubungan terapeutik
c.    Memberikan penjelasan tentang teknik komunikasi terapeutik
d.   Memberikan penjelasan tentang  tahapan hubungan terapeutik dan tugas perawat
e.    Memberikan penjelasan tentang penggunaan komunikasi terapeutik pada berbagai tingkat usia dengan berbagai kondisi
f.    Memberikan penjelasan tentang penerapan komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan
g.   Memberikan penjelasan tentang issu komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan
h.   Memberikan penjelasan tentang bagaimana memilih komunikasi dalam konteks sosial dan keanekaragaman budaya serta keyakinan
i.     Memberikan penjelasan tentang bagaimana membangun konsep komunikasi matra (laut, udara, dan darat).

1.3 Tujuan Penulisan
Setelah membaca tulisan ini, diharapkan kepada para pembaca :
a.    Agar mahasiswa mengetahui tentang hubungan terapeutik perawat dengan klien
b.   Agar mahasiswa mengetahui tentang tujuan hubungan terapeutik
c.    Agar seorang calon perawat mengetahui tentang teknik komunikasi terapeutik
d.   Agar seorang calon perawat mengetahui tentang  tahapan hubungan terapeutik dan tugas perawat
e.    Agar seorang calon perawat mengetahui tentang penggunaan komunikasi terapeutik pada berbagai tingkat usia dengan berbagai kondisi
f.    Agar seorang calon perawat mengetahui tentang  penerapan komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan
g.   Agar seorang calon perawat mengetahui tentang  issu komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan
h.   Agar seorang calon perawat mengetahui tentang  bagaimana memilih komunikasi dalam konteks sosial dan keanekaragaman budaya serta keyakinan
i.     Agar seorang calon perawat mengetahui tentang bagaimana membangun konsep komunikasi matra (laut, udara, dan darat).

1.4 Rumusan Masalah
a)      Apa Saja yang Mencakup dalam komunikasi terapeutik?
b)      Bagaimana komunikasi dalam keperawatan?
c)      Apa Saja Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam komunikasi?
d)     Bagaimana memilih komunikasi dalam konteks sosial dan keanekaragaman budaya serta keyakinan?
e)      Bagaimana membangun konsep komunikasi matra (laut, udara, dan darat)?
f)       Apa saja issu komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan?



























BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003 48).
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003 : 48).
Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003 50).
2.2  Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi, mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat. Memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapi. Mencegah tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri pasien.
Adapun manfaat komunikasi terapeutik dapat mendukung dan mempercepat kesembuhan pasien, karena melalui terapi yang dilakukan dengan komunikasi pasien memperoleh support yang mendorong untuk kemajuan psikologi yang berpengaruh pada kesehatan pasien.


2.3 Syarat-Syarat Komunikasi Terapeutik
komunikasi terapeutik mempunyai syarat-syarat sebagai berikut.

1.    Hadir dalam Percakapan
Kehadiran percakapan dibuktikan dengan dengan terlibatnya aspek fisik, mental, dan intelektual individu

2.    Mendengar Aktif
Mendengar aktif bukan hanya kata yang didengar melainkan perasaan klien juga didengarkan. Perasaan klien perlu didengar sebab perasaan klien lebih mudah diekspresikan bukan dalam ungkapan verbal melainkan nonverbal.

3.    Empati
Empati adalah kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan pemberi pesan berdasarkan perspektif pemberi pesan. Bentuknya adalah mendengar perasaan, memperhatikan kegelisahan, menghargai kerisauan, dan sekaligus masuk dalam inti keresahan klien. Agar komunikasi berlangsung efektif, Stuart dan Sundeen (1996) mensyaratkan dua hal mendasar berikut.

1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan.
2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan lebih dahulu sebelum memberikan saran, informasi maupun masukan.

2.4  Hubungan Terapeutik perawat-klien
Hubungan terapeutik perawat-klien merupakan pengalaman belajar timbal  balik dan pengalaman emosional korektif bagi klien. Dalam hubungan ini perawat menggunakan diri (self) dan teknik-teknik klinik tertentu dalam bekerja dengan klien untuk meningkatkan penghayatan dan perubahan perilaku pasien.
2.4.1      Sifat hubungan
Tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien dan meliputi:
1.        Realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan  terhadap diri.
2.        Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
3.        Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim, dan saling tergantung dengan kapasitas untuk mencintai dan dicintai.
4.        Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistik.
Untuk mencapai tujuan ini, berbagai aspek pengalaman hidup klien perlu digali selama berlangsungnya hubungan. Perawat memberikan kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan persepsi, pikiran, dan perasaannya serta menghubungkan hal tersebut untuk mengamati dan melaporkan tindakan. Juga penting bagi perawat untuk menidentifikasi dan memaksimalkan kekuatan ego klien dan memberikan dukungan untuk bersosialisasi serta menjalin ikatan dengan keluarga.


2.5  Tujuan Hubungan Terapeutik
2.5.1   Tujuan Komunikasi Terapeutik Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Keliat,
2003),:
a.       Realisasi diri, penerimaan diri, dan rasa hormat terhadap diri sendiri.
b.      Identitas diri yang jelas dan rasa integritas diri yang tinggi.
c.       Kemempuan membina hubungan interpersonal yang intim saling tergantung dan mencintai.
d.      Peningkatan fungsi dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistis.
2.5.2   Tujuan Komunikasi Terapeutik (Indrawati, 2003 48).
Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.
Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa.

2.6  Teknik Komunikasi Terapeutik
1.             Diam
Berhenti atau diam yang dapat berlangsung selama beberapa detik atau menit tanpa menyisipkan respon verbal apapun.

Contoh:
duduk tenang (berjalan dengan klien)  dan menunggu penuh perhatian hingga klien mampu menyampaikan pikiran dan perasaannya.

2.             Memberikan arahan umum
Menggunakan pernyataan atau pertanyaan yang:
·       Mendorong klien untuk berbicara
·       Memilih topik percakapan
·       Memfasilitasi kelanjutan pembicaraan.


Contoh:
“mungkin anda ingin membicarakan mengenai.......”
“Apakah akan membantu dengan mendiskusikan perasaan anda?”
“Dari mana anda ingin memulai?”
“Lalu apa?”
“Saya menyimak apa yang anda katakan”

3.         Spesifik dan Tentatif
Membuat pernyataan yang spesifik bukan yang umum, dan tentatif buka mutlak.

Contoh:
“Anda mencakar tangan saya” (pernyataan spesifik)
“Anda sama canggungnya dengan lembu jantan” (pernyataan umum)
“Anda tampak tidak khawatir mengenai merry” (pernyataan tentatif)
“Anda tidak khawatir mengenai dan anda tidak akan pernah mengkhawatirkannya” (pernyataan mutlak)

4.                       Menggunakan pertanyaan terbuka
Mengajukan pertanyaan yang luas yang mengarahkan klien atau mengajak klien untuk menggali (merinci, mengklarifikasi, menggambarkan, membandingkan, atau mengilustrasikan) pikiran atau perasaan. Pertanyaan terbuka hanya mengidentifikasi topik yang akan didiskusikan dan meminta jawaban yang lebih panjang dari satu atau dua kata.

Contoh:
“Saya ingin mendengan lebih banyak mengenai hal tersebut”
“Katakan pada saya mengenai...........”
“Bagaimana perasaan anda akhir-akhir ini?”
“Apa yang menyebabkan anda masuk rumah sakit?”
“Apa pendapat anda?”
“Anda mengatakan anda sangat ketakutan kemarin. Bagaimana perasaan anda sekarang?”

5.                       Menggunakan sentuhan
Memberikan bentuk ssentuhan yang tepat untuk menguatkan perasaan peduli. Karena kontak taktil sangan berfariasi pada setiap individu, keluarga, dan budaya, perawat harus sensitif terhadap perbedaan sikap dan praktik klien dan diri sendiri.

Contoh:
·                Meletakan tangan anda di bahu klien
·                Menaruh tangan anda di atas tangan klien

6.                       Menyatakan kembali atau menyebutkan kembali dengan kata-kata sendiri (parafrasa)
Mendengarkan secara aktif pesan dasar klien dan kemudian menyampaikan kembali pikiran dan atau perasaan tersebut dengan kata-kata serupa. Hal ini menunjukan bahwa perawat mendengarkan dan memahami pesan dasar klien dan juga menawarkan klien ide yang lebih jelas mengenai apa yang terlah mereka katakan.

Contoh:
·                Klien                  : “saya tidak dapat makan semalam-bahkan hidangan penutupnya”
Perawat              : “Anda mengalami kesulitan makan kemarin”
Klien                  : “Iya, saya sangat kesal setelah keluarga saya pergi”

·                Klien                  : “Saya memiliki masalah berbicara dengan orang asing”
Perawat             : “Anda menemui kesulitan berbicara dengan orang yang tidak
anda kenal

7.                       Mencari klarifikasi
Suatu metode yang membuat makna keseluruhan pesan klien menjadi lebih dipahami. Metode ini digunakan saat sulit untuk meyatakan kembali dengan kata-kata sendiri atau saat komunikasi bertele-tele atau berputar-putar. Untuk mengklarifikasi pesan, perawat dapat menyatakan kembali pesan dasr atau mengakui kebingungan dan meminta klien untuk mengulangi atau menyatakan kembali pesan.

Contoh:
“Saya bingung”
“Saya tidak yakin saya memahaminya”
“Apakah anda bersedia untuk menyatakannya kembali?”
“Bersediakan anda memberitahu saya lebih banyak?”

Perawat dapat juga mengklarifikasi pesan mereka sendiri dengan pernyataan.

Contoh:
“Maksud saya ini bukan itu”
“Saya kira saya tidak jelas mengatakannya-saya akan mengulanginya lagi”



8.                       Memeriksa persepsi atau mencari validasi kesepakatan
Suatu metode yang sama dengan klarifikasi yang memverifikasi makna kata-kata spesifik, bukan makna keseluruhan pasien.

Contoh:
Klien                : “Suami saya tidak pernah memberi saya hadiah”
Perawat           : “Maksud anda dia tidak pernah memberi anda hadiah pada hari ulang
tahun anda atau natal?”
Klien                : “Mmmm-bukannya tidak pernah. Ia memang memberi saya sesuatu pada
hari ulang tahun saya dan natal, tetapi dia tidak pernah berfikir untuk
memberi saya sesuatu pada waktu yang lain”.

9.                       Menawarkan diri
Menunjukan kehadiran, perhatian, atau harapan uuntuk memahami klien tanpa membuat suatu tuntutan atau memberi kondisi yang harus di patuhi klien untuk mendapat perhatian perawat.

Contoh:
“Saya akan menemani anda sampai anak perempuan anda datan”
“Kita dapat duduk disini dengan tenang sebentar; kita tidak perlu berbicara kecuali anda menginginkannya”
“Saya akan membantu anda berpakaian untuk pulang kerumah”

10.     Memberikan informasi
Memberikan, dengan cara yang sederhana dan langsung, informasi faktual spesifik yang bisa atau tidak diminta klien. Saat informasi tidak diketahui, perwat mengatakannya dengan menunjukan siapa yang memiliki informasi tersebut, atau mengatakan kapan perawat akan mendapatkannya.

Contoh:
“Operasi anda dijadwalkan papa puku 11.00 esok pagi”
“anda akan merasakan tarikan saat selang dicabut dari perut anda”
“Saya tidak mengetahui jawabannya, tetapi saya akan mencari tahu pada Ny.king, perawat yang bertugas”

11.     Pengakuan
Memberikan pengakuan, dengan cara yang tidak menghakimi, terhadap perubahan perilaku, usaha yang dilakukan oleh klien, atau kontribusi terhadap komunitas. Pengkuan dapat bersama atau tanpa pemahaman, verbal atau nonverbal.

Contoh:
“Anda mencukur jenggot dan kumis serta mencuci rambut anda”
“Saya menyadari bahwa anda harus  mengedipkan mata anda. Apakah anda mgalami kesulitan melihat?”
“Anda berjalan dua kali lebih jauh jaraknya hari ini dengan walker anda”


12.     Klarifikasi waktu atau urutan
Membantu klien mengklarifikasi suatu kejaddian, situasi, atau peristiwa dalam hubungannya dengan waktu.

Contohnya:
·                Klien                  : “Saya muntah pagi ini”
Perawat              : “Apa muntahnya setelah sarapan?”

·                Klien                  : “Saya merasa bahwa saya sudah tidur selama berminggu-    
minggu”
Perawat              : “Anda telah operasi pada hari senin dan hari ini adalah hari
selasa”

13.     Menyampaikan kenyataan
Membantu klien membedakan antara yang nyata dan tidak nyata.

Contoh:
“Suara telpon itu berasal dari acara televisi”
“Bukan bangkai tikus yang ada di sudut; itu adalah pakian yang dibuang”
“Majalah anda ada di dalam laci. Majalahnya tidak dicuri”

14.     Memfokuskan
Membantu klien memperluas dan mengembangkan topik penting. Perawat perlu menunggu hingga klien selesai menyatakan masalah utama sebelum berusahan untuk fokus. Fokus dapat berupa ide atau perasaan; namun, perawat sering menekankan perasaan untuk membantu klien mengenali emosi yang tersembunnyi di balik kata-kata.

Contoh :
Klien             : “istri saya mengatakan iya akan merawat saya, tetapi saya pikir iya tidak
akan bisa, bagaimana dengan anak-anak yang perlu  diperhatikan, dan
mereka selalu menanyakan sesuatu kepadanya seperti, pakaian,
pekerjaan rumah, makanan untuk makan malam.”
Perawat         :  “anda kawatit mengenai seberapa baik iya akan mengatasinnya.”


15.     Merefleksikan
Mengarahkan kembali ide, perasaan, pertannyaan, atau isi pada klien untuk memungkinkan mereka menggali ide dan perasaan mereka sendiri mengenai situasi.

Contoh :
Klien             : “apa yang dapat saya lakukan?”
Perawat         : “Menurut anda apa yang dapat membantu?”
Klien             : “ apa menurut anda saya harus mengatakan pada suami saya.”
Perawat         : “ anda tampak tidak yakin untuk mengatakannya pada suami anda.”

16.     Merangkum dan merencanakan
Menyatakan poin utama diskusi. Untuk mengklarifikasi poin relevan yang di diskusikan. Teknik ini bermanfaat pada akhir wawancara atau untuk meninjau sesi pendidikan kesehatan. Teknik ini sering kali bermanfaat sebagai dendahuluan untuk rencana perawatan berikutnya.

Contoh:
“selama setengah jam ini kita telah membicarakan mengenai.....”
“besok sore kita akan membahas hal ini lebih jauh.”
“dalam beberapa hari saya akan meninjau apa yang telah anda pelajari mengenai kerja dan pengaruh insulin anda.”          

2.7  Tahap Hubungan Therapeutik
Dalam membina hubungan therapeutik (berinteraksi) perawat mempunyai empat tahap yang pada setiap tahapnya mempunyai tugas yang harus diselesaikan oleh perawat yaitu :

1.      Tahap prainteraksi
Merupakan tahap dimana perawat belum bertemu dengan klien. Tugas :
·         Mendapatkan informasi tentang klien
·         Mencari literatur yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien
·         Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
·         Menganalisis kekuatan dan kelemahan profesional diri
·         Membuat rencana pertemuan dengan klien

2.      Tahap orientasi / perkenalan
Merupakan tahap dimana perawat pertama kali bertemu dengan klien. Tugas :
·         Menentukan mengapa klien mencari pertolongan
·         Membangun iklim percaya
·         Memahami penerimaan dan komunikasi terbuka
·         Mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan tindakan
·         Mengidentifikasi masalah dan mendefinisikan tujuan
·         Memformulasikan kontrak dengan klien
·         Nama perawat / klien
·         Tanggung jawab perawat / klien
·         Tujuan
·         Kerahasiaan
·         Harapan
·         Topik / kegiatan
·         Waktu dilakukannya interaksi

3.      Tahap kerja
Merupakan tahap dimana klien memulai kegiatan
Tugas :
    • Melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan pada tahap pra interaksi
    • Mengeksplorasi stressor
    • Mendorong perkembangan wawasan diri yang dihubungkan dengan persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan klien
    • Menolong klien untuk mengatasi cemas
    • Meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab thd diri
    • Mengembangkan mekanisme koping konstruktif

4.      Tahap terminasi
Merupakan tahap dimana perawat akan menghentikan interaksinya dengan klien, tahap ini bisa merupakan terminasi sementara maupun terminasi akhir
Tugas :
·      Menyediakan realitas berpisah
·      Mengevaluasi kegiatan kerja yang telah dilakukan baik secara kognitif, psikomotor maupun afektif
·      Merencanakan tindak lanjut dengan klien
·      Melakukan kontrak
·      Mengakhiri terminasi dengan cara yang baik
·      Mengeksplorasi perasaan dari penolakan, kehilangan, sedih dan marah dan tingkah laku yang berkaitan

2.8  Komunikasi Terapeutik Pada Berbagai Tingkat Usia Dengan Berbagai Kondisi
Berikut ini beberapa strategi sesuai usia dalam berkomunikasi dengan kelompok usia berbeda :
1.      Bayi ( lahirsampai 12 bulan )
§  Usahakanmemenuhikebutuhanbayisecepatmungkin.
§  Gunakankomunikasinon verbal :mengelus, menyentuh, menggengang, dangerakan ( sepertimengayun-ayun) untukmemberikankenyamanandanmenenangkanbayi.
§  Berbicaralahdenganlembutdanseringtersenyumkarenabayimemberiresponsterbaikpadasuara nada tinggi yang lembut.
§  Usahakanmempertahankanrutinitas normal bayi, seperti jam makan, danjadwaltidur
§  Berkomunikasilahdenganbermain (cilukba, mainanberbunyi) jikabayimenerima.

2.      Batita ( usia 1 – 2 tahun )
§  Panggilanaksesuainama yang digunakananaktersebutbagidirinya.
§  Pelajaridangunakan kata-kata yang dipakaianakuntukkekamarmandi, makan, danmandi
§  Gunakanpesan yang pendekdanjelas.
§  Izinkanmobiltas, duduk, atauberjalan, terutamasetelahprosedur.
§  Tawarkanpilihanuntukmengizinkananakmemiliki control dankemandrian
§  Izinkan anak untuk menggunakan benda yang dikenalnya, seperti: selimut atau boneka, untuk membuatnya merasa aman.

3.      Prasekolah ( usia 3 sampai 5 tahun )
§  Gunakan kata-kata yang sederhanadankalimatpendekkarenaanakprasekolahmemilikirentangperhatian yang pendek.
§  Berbicaralahdalamsuara yang lembut, bernadarendah.
§  Pertahankansejumlahkontakmatajikadapatditerimaolehanaktersebut.
§  Berikanpilihan, misalnya, “ kamumauserealatauorak-arikteluruntuksarapan?”
§  Izinkananakmenggambarapa yang adadipikirannya.

4.      Usiasekolah ( usia 6 sampai 12 tahun )
§  Gunakanbeberapakosa kata anakdalampenjelasan.
§  Buatlahgambaruntukmendemonstrsikananatomidanprosedur.
§  Libatkananakdalamdiskusimengenaiasuhannya.
§  Hargaiprivasianak. Mungkinterdapat topic yang tidakinginiadiskusikansaatini.
§  Nilailahpersepsianakmengenaisituasisebelummemulaipenjelasan.

5.      Remaja ( usia 13 sampai 18 tahun )
§  Luangkanwaktuuntukmenciptakanhubungandenganmendengarkandantetaptidakmenghakimi.
§  Yakinkanremajaakankerahasian, dalambatastertentu.
§  Izinkanremajauntukberpartisipasidalamkeputusanmengenaiasuhan, menggunakanistilahkonkretdanabstrak , mendukungmerekauntukbertanggungjawabakantubuhnya
§  Hargaiprivasiremaja ,izinkanprivasifisikdankesopanan.
§  Pandanglahsetiapremajasebagaiindividu yang uniktanpamemperhitungkanpakaianataupenampilannya.

6.      Dewasausialanjut
§  Kenalibahwamungkinterdapatperbedaanantargenerasiantarapasiendanperawat ; hargaisudutpandangpasien
§  Dengarkannarasiriwayatpasien, sesuaiketersediaanwaktu. Hal iniakanmengambarkanpengalaman ,kepribadian, kekuatan, dantantanganpasientersebut.
§  Hindarinama yang merendahkanseperti : “ nenek “ dan “sayang” .Selalumemulaisecara formal ( Tn, Ny, atauNn ) dankemudian Tanya pasiendengannamaapaialebihsukadipanggil.
§  Luangkanwaktulebihuntukmengajarkanmengenaipemeriksaanataupembedahandanpengobatan. Lakukandengankecepatan yang lebihlambatdannilaiulangpemahamannyasecaraberkala.
§  Berikanpasienkesempatanuntukmembuatkeputusansecaramandir.i, sesuaikebutuhan

2.9  Penerapan komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan
Tujuan utama komunikasi antar tenaga kesehatan adalah menyempurnakan perawatan pasien dengan pertukaran informasi yang akan meningkatkan koordinasi dan berkesinambungan pelayanan kesehatan. Komunikasi yang efektif akan memungkinkan personil saling melengkapi pelayanan dan menghindari duplikasi kealpaan, adanya tumpang tindih pelayanan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.

Pada umumnya komunikasi antar personil kesehatan terbagi dalam 4 kategori:
a.    Melaporkan/pendokumentasian
Menyusun penuturan tentang sesuatu yang dilihat,didengar dan dilakukan/dipertimbangkan. Laporan disampaikan kepada perawat yang memikul tanggung jawab kesinambungan perawatan pasien, juga kepada dokter.

b.    Mengarahkan
Membimbing/memerintah. Perawat menggunakan perintah perawatan untuk mengarahkan kegiatan pelayanan perawatan. Pengarahan tertulis lebih aman karena mengurangi kemungkinan kesalahan dan salah pengertian.

c.    Berembuk/kolaborasi
Konsultasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk bertukar pendapat/meminta informasi,nasihat/intruksi dari orang lain. Perembukan juga dimanfaatkan untuk mengajar siswa dan praktik keperawatan.

d.   Rujukan
Mengirim/mengarahkan seseorang mengambil tindakan/mencari bantuan rujukan dapat digunakan antar lembaga kesehatan.


2.10     Identifikasi Trend Dan Issu Komunikasi Terapeutik Dalam Pelayanan Kesehatan
2.10.1         Komunikasi Terapeutik Pada Anak ADHD
Adalah kependekan dari attention deficit hyperactivity disoerder, ( Attention = perhatian, Deficit = berkurang, hyperactivity = hiperaktif, dan disorder = gangguan ). Atau gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Secara umum menjelaskan kondisi anak-anak yang memperlihatkan simtom-simtom kurang konsentrasi, hiperaktif, dan impulsive yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas hidup mereka.Bagaimana cara berkomunikasi dengan anak ADHD?Hubungan efektif dan proaktif antara orang tua dan sekolah adalah vital bagi keberhasilan menyeluruh dalam menghadapi siswa ADHD. Umumnya, orang tua mencoba untuk bertindak demi kepentingan anak sepanjang waktu. Tindakan mereka biasanya berdasarkan informasi yang dapat mereka peroleh pada waktu itu. Jika ternyata ada kontradiksi antara apa yang disebut nasihat professional dan atas apa yang orang tua lakukan, biasanya ada alasan kuat untuk ini. Orang tua harus menemukan cara mereka sendiri dalam menerima mereka dan menghadapi masalah lingkungan mereka sendiri.Merupakan hal yang biasa, bahwa orang tua dari anak ADHD mengalami konflik antara yang satu dan yang lainnya. Misalnya, si Bapak menyalahkan si ibu karena tidak mengawasi si anak. Si ibu menjelaskan, bahwa segala yang di usahakannya tidak berhasil. Sementara si bapak, meskipun ada potensiuntuk membantu situasi tersebut, namun dapat member reaksi dengan cara tidak membantu, seperti menghindari pulang ke rumah sampai si anak tidur atau memihak si anak melawan ibunya.Beberapa cara membantu orang tua adalah mencoba menempatkan mereka ke dalam cara pandang depan yang meskipun menjengkelkan, namun tidak mengancam jiwa, serta mendorong mereka agar proaktif dan tidak reaktif. Nasihat tau saran yang paling penting adalah agar mereka memiliki kesabaran luar biasa. Kontak telepon, saling berkirim sms, atau mengirim faks, rapat orang tua dengan guru secara periodic, dan penyediaan buku penghubung sehari-hari,semuanya merupakan sarana untuk membantu mencegah terjadinya kesalapahaman antara orang tua dan sekolah. Komunikasi yang baik akan menjamin setiap manipulasi dari situasi anak khusus dapat di hindari dengan kontak yang erat dan proaktif.Dua pertimbangan yang harus di ingat setiap saat adalah:1)        Anak ADHD dapat merasakan banyak tekanan atas hubungan keluarga, khususnya anak yang menralami Oppositional Depiant Disorder ( ODD ).2)       
Dalam situasi yang selalu sulit, kemungkinan ADHD dan ODD, juga orangtua yang tidak di akui harus dipertimbangkan.Ada banyakprogaram yang bagus di rancang untuk membantu orang tua mengenali masalah antara yang satu dan yang lainnya. Dalam hal ini, hubungan mereka dengan si anak dan anggota keluarga lainnya. Teknik penanganan/pengurusan rumah dapat di ajarkan melalui permainan peran dan sampai batas tertentu dengan terapi kelompok. Keberhasilan program-program ini sebagian besar bergantung pada mutu konsultan dan keterbukaan semua pihak untuk nasihat yang objektif.Mutu terbaik yang di miliki searang konsultan adalah bersikap tidak membingungkan dan tidak rumit. Mereka perlu mengarahkan pada satu atau dua masalah khusus dan mengembangkan strategi untuk membantu orang tua menolong diri mereka sendiri di kemudian hari.Beberapa unsur penting pelatihan orang tua adalah:1)        Pendidikan keluarga mengenai ADHD.2)        Keterampilan memecahkan masalah.3)        Memperbaiki pengawasan orang tua.4)        Mengurangi ketegangan5)        Meningkatkan pengaruh medikasi.6)        Keterampilan berkomunikasi.7)        Reframing atau restrukturisasi8)        Psikoterapi individual.


Di Indonesia menurut data yang ada terdapat kecenderungan autisme ini meningkat, merujuk pada prevalensi di dunia, saat ini terdapat 15-20 kasus per 10.000 anak atau 0,15%-0,20%. Jika kelahiran di Indonesia enam juta per tahun maka jumlah penyandang autis di Indonesia bertambah 0,15% atau sekitar 6900 anak pertahun dengan perbandingan anak laki-laki tiga sampai empat lebih banyak dari anak perempuan.Autisme tidak dapat disembuhkan (not curable) namun dapat di terapi (treatable). Maksudnya adalah kelainan yang ada di dalam otak tidak dapat diperbaiki, namun gejala-gejala yang ada dapat dikurangi semaksimal mungkin. Sehingga anak tersebut bisa berbaur dengan anak lain secara normal. Secara umum anak-anak dengan gangguan perkembangan ini minimal memerlukan terapi intesif awal selama 2 tahun. Dengan merujuk pada data maka akan ada 1000 anak setiap tahun yang tidak dapat mengikuti terapi tersebut.Tujuh puluh lima persen anak autis yang tidak tertangani akhirnya menjadi tuna grahita.3 Salah satu metode yang sering digunakan karena terbukti efektif adalah terapi metoda Lovaas, yaitu terapi yang dikembangkan dari terapi applied behaviour application (ABA). Di dalam terapi Lovaas salah satu pelatihannya adalah pelatihan komunikasi melalui gambar-gambar, tujuannya selain untuk melatih daya ingat juga untuk mengenal benda-benda sekitar. Ini dikarenakan anak autis secara umum memiliki kemampuan yang menonjol di bidang visual. Mereka lebih mudah untuk mengingat dan belajar, bila diperlihatkan gambar atau tulisan dari benda-benda, kejadian, tingkah laku maupun konsep-konsep abstrak. Dengan melihat gambar atau tulisan, anak autis akan membentuk gambaran mental atau mental image yang jelas dan relatif permanen dalam benaknya.Bila materi tersebut hanya diucapkan saja mereka akan mudah melupakannya karena daya ingat mereka amat terbatas. Karena itu dalam melakukan terapi digunakan sebanyak mungkin kartu-kartu bergambar dan alat bantu visual lain untuk membantu mereka mengingat, hal ini juga berlaku untuk anak autis yang hanya mengalami gangguan di bidang verbal.Untuk melatih penderita agar bisa berkomunikasi, kita harus menyesuaikan diri dengan gaya komunikasi mereka. Orang tua dan pendidik bisa menggunakan ekspresi wajah, gerak isyarat, mengubah nada suara, menunjuk gambar, menunjuk tulisan, menggunakan papan komunikasi dan menggunakan simbol-simbol. Cara-cara tersebut tidak hanya digunakan secara tersendiri, tetapi juga dapat digabungkan sehingga membentuk pesan yang lebih kuat.Masalah yang timbul adalah di Indonesia belum ada alat yang secara terintegrasi dengan unsur-unsur tersebut diatas. Yang ada adalah alat-alat yang harus didatangkan dari luar negeri atau dibuat sendiri, ini jelas tidak praktis. Melihat dengan meningkatnya jumlah penderita autis, maka dibutuhkan sebuah alat yang mampu mengintegrasikan unsur-unsur visual dan audio yang dapat berinteraksi untuk menunjang pelatihan komunikasi pada anak autis.Sebagai pemecahan teknologi multimedia yang mengemas dan mampu mengintegrasikan unsur visual dan audio secara interaktif untuk mendidik anak autis, karena CD-ROM yang merupakan bagian dari teknologi itu mampu menampung data yang setara dengan 11.000 tumpukan kertas ukuran A4, bahkan lebih dengan menggunakan teknik kompresi data. 4 Arh,“Meningkatkan komunikasi pada anak autis”, artikel pada harian Kompas (21-04- 2002) 21/3.Selain itu dengan aplikasi multimedia interaktif ini dimungkinkan pemilihan materi yang hendak dipelajari secara bebas, misalnya pada hari ini pengenalan warna yang akan dipelajari, esok hari mungkin pengenalan huruf, atau kombinasi keduanya dalam satu hari, tergantung dari minat anak tersebut, dan ini semua dikemas dalam sebuah CD-ROM. Dengan menggunakan printer, kartu bergambar obyek dapat dicetak sehingga dapat digunakan tiap waktu, anak autis dalam metoda tatalaksana membutuhkan suasana belajar yang kontinyu, sehingga ia menjadi terlatih.Tetapi dengan dengan begitu banyak fitur aplikasi multimedia interaktif ini tidak ditujukan untuk menjadi one stop solution, karena dalam pelatihan anak autis tetap diperlukan media lain, aplikasi multimedia interaktif ini membatasi diri hanya untuk menjadi pelengkap.Dalam aplikasi multimedia interaktif ini terdapat isi atau content yang akan dikomunikasikan kepada anak autis berupa pembelajaran pengenalan obyek sehari-hari. Dalam aplikasi multimedia interaktif wahana yang menjembatani agar isi atau content ini dapat tersampaikan adalah graphical user interface atau antar muka grafis.Graphical user interface (GUI) adalah sarana untuk berinteraksi dengan isi atau content yang hendak disampaikan, bila desain GUI tidak dapat dimengerti sudah dapat dipastikan aplikasi tersebut menjadi mubazir karena isi atau content tidak dapat dimengerti oleh komunikan.Pada anak autis, dengan mengikuti aturan yang telah menjadi standar di dunia maka GUI akan dibuat sesederhana mungkin dengan tidak mengabaikan unsur komunikasinya sehingga isi atau content dapat disampaikan dengan baik kepada penderita.

2.11     Bagaimana Memilih Komunikasi Dalam Konteks Sosial Dan Keanekaragaman Budaya Serta Keyakiinan
2.11.1         Komunikasi Dalam Konteks Sosial
a.         Dalam konteks sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa manusia lain. Karena itu, dalam menjalin hubungan dengan manusia lain memerlukan komunikasi.
b.         Komunikasi yang digunakan terdiri dari berbagai macam bentuk. Ada yang melalui Audio, Visual, Audiovisual, dan sebagainya.
c.         Perbedaan perlakuan antara kaya dan miskin, atasan dan bawahan, ahli dan awam menjadi hambatan-hambatan komunikasi dalam konteks social
d.        Sebagai seorang perawat yang professional, perbedaan-perbedaan tersebut haruslah dihapuskan
e.         Seorang perawat professional harus berlaku adil dalam memenuhi hak-hak klien dan pada setiap asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien, serta tidak perduli terhadap perbedaan posisi yang ada.
f.          Seorang perawat professional harus mengerti tentang komunikasi yang efektif, efisien dan tepat sasaran yaitu terapeutik.
g.         Seorang perawat harus bisa menjalin kerja sama tidak hanya kepada orang- orang dalam bidang kesehatan, tapi juga kepada seluruh lingkungan tempat dia bekerja. Seperti pasien, keluarga pasien dan lain-lain.
h.         Dengan begitu komunikasi yang dilakukan akan bisa berjalan dengan lancar dan tepat sasaran.

2.11.2         Komunikasi Dalam Budaya
a.         Makna suatu pesan baik verbal maupun nonverbal pada dasarnya terikat budaya.
b.         Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak akan mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.
c.         Bahasa, pembawaan, nilai, dan gerakantubuh merefleksikan asal budaya.Dalam keperawatan, budayamempengaruhi cara klien dan perawatmelakukan hubungan satu sama laindalam berbagai situasi.Perawat belajar untuk mengetahui maknabudaya dalam proses komunikasi.Pengaruh budaya menetapkan batasbagaimana seseorang bertindak danberkomunikasi.

2.11.3         Komunikasi Dalam Keyakinaan
a.         Keyakinan agama dan Keyakinan Spiritual adalah bagian integral dari keyakinaan budaya seseorang dan dapat mempengaruhi keyakinan klien mengenai penyebab penyakit, praktek penyembuhan, dan pilihan tabib atau pemberi perawatan kesehatan.
b.         Keyakinan spiritual dan agama dapat menjadi sumber kekuatan dan kenyamanaan bagi klien.
c.         Perawat yang memiliki keyakinan yang sama dengan kliennya cenderung lebih mudah  memahami dan mengambil tindakan untuk menangani kliennya. Perawat professional harus bisa memahami, mengantisipasi dan mengambil tindakan yang tepat terhadap klien yang berbeda keyakinan terhadap perawat tersebut.

Contoh :
klien yang menolak memakan daging dikarenakan oleh keyakinan yang dimiliki oleh agamanya. Perawat harus mengambil tindakan yang tepat bagaimana cara membujuk pasien tersebut untuk memakan daging tersebut. Misalnya memberikan penjelasaan kenapa pasien tersebut harus makan daging.















BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dalam hubungan ini perawat menggunakan diri (self) dan teknik-teknik klinik tertentu dalam bekerja dengan klien untuk meningkatkan penghayatan dan perubahan perilaku pasien.  Menggunakan realisasi diri, penerimaan diri, dan rasa hormat terhadap diri sendiri. identitas diri yang jelas dan rasa integritas diri yang tinggi. kemempuan membina hubungan interpersonal yang intim saling tergantung dan mencintai.

Diam, memberikan arahan umum, spesifik dan tentatif, menggunakan pertanyaan terbuka, menggunakan sentuhan, menyatakan kembali, mencari klarifikasi, memeriksa persepsi, menawarkan diri, memberikan informasi, pengakuan, klarifikasi waktu atau urutan, menyampaikan kenyataan, memfokuskan, merefleksikan, merangkum dan merencanakan. Juga menerapkan komunikasi terapeutik dalam pelayanan kesehatan, melaporkan/pendokumentasian, mengarahkan, berembuk/kolaborasi, rujukan















DAFTAR PUSTAKA

Nurhasanah, Nunung. (2010). Ilmu komunikasi dalam konteks keperawatan. Jakarta : Trans Info Media.

Stuart, Gail Wiscarz. Sundeen, Sandra J. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Apple Corp. Inside Mac OS X :Aqua Human Interface Guidelines, (Apple Computer, Inc. : California) 2001 2. Arn. “Polusi sebabkan autisma.” Harian Kompas, 26-09-2000 3. Arh.“Meningkatkan komunikasi pada anak autis.”, Harian Kompas 21-04- 2002 4. Aries Arditi, Making Text Legible: Designing for People with Partial Sight, 23-04-2002 terdapat di situs http://www.lighthouse.org 5. Fred T. Hofstetter, Multimedia Literacy (New York, McGraw-Hill Irwin) 2001. 6. Jalaludin Rakhmad. Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya 1992Sumber: Judul Buku anak ADHD, karangan:1. Drs. MIF. Baihaqi, Msi.2. Drs. M. Sugiarmin, MpdPotter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC

Blais, kathlen koening. Hayes, Janice S. Kozier, Barbara. Dan Erb, Glenora. (2002). Praktik keperawatan profesional konsep dan persepektif. Jakarta: EGC




No comments:

Post a Comment